Jumat, 25 Maret 2011

Duhai Ibu…


Sungguh ku tak pandai merangkai kata-kata..

Namun ku memaksa kiranya saja ku akan terbiasa ..



Ketika bibir terasa kaku tuk mengungkapknnya…

Gemetar rasanya tangan ini tuk memulai mengukir huruf menjadi kata-kata..

Sampaipun kiranya nanti kan menjadi sebuah sajak,bait atau apalah namanya..



Ini sebuah luapan rasa atas kasih saying ibuku sampai Aku telah menginjak masa remaja…

Dari seorang anak yang tak peduli akan apa yang dirasakan beliau ketika apa yang sebenarnya dirasa..

Yang ku lihat hanyalah senyuman kasih sayangnya saat ku dianggap sebagai pelipur lara atas apa yang dirasakan olehnya..



Bibir lembutnya selalu terungkap kata-kata yang mendidik akan akhlaq mulia….

Darinyalah  terangkai do’a-do’a  yang menyirami seluruh anaknya tak  terkecuali diriku pula..



Air matanya mengalir saat ia bersimpuh dihadapan-Nya,ia takut tak mampu memikul amanah Robbnya..

Isak tangisnya terdengar mengetuk langit ke tujuh dsepertiga malam akhir,saat ku tertidur lelap dibuatnya..



Ku sadari,betapa sabarnya beliau menghadapi ku yang durhaka…

Betapa tidak….kenakalanku membuatnya harus bersabar berkali-kali lipat..



Kenakalanku bukanlah minum-minuman keras,pergaulan bebas atau pun narkoba…

Tapi kenakalanku tak lain dan tak pula,membangkang terhadap ajakan lembutnya tuk berjalan lurus diatas taqorrub illallohi zulfa….



Tak ada yang diharapkannya kecuali menginginkan ku menjadi anak sholih yang taat pada Robb alam semesta..

Ku berfikir,pernakah ku membuat beliau bahagia meski hanya mencium kulit keningnya yang telah keriput dimakan usia…



Apa yang bisa ku perbuat saat beliau telah tiada,..

Sungguh celakalah diri ini  jika ku kan dibalas oleh anakku nanti..

Sebelum terjadi Aku harus berubah dan bertaubat mulai saat ini..

Menjadi anak  yang berbakti tuk menggapai ridho Illahi….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar