Senin, 04 April 2011

Tanda-Tanda Hari Kiamat (Bagian-3)

TANDA-TANDA HARI KIAMAT (BAGIAN-3)
Oleh:  Ust. Achmad  Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Bahasan kali ini adalah lanjutan dari bahasan beberapa waktu lalu, yaitu berkenaan dengan masalah Iman kepada Hari Akhir atau Hari Kiamat. Dan kita sudah membahas tentang Tanda-Tanda akan Datangnya Hari Kiamat. Kali ini kita akan membahas satu bab, yaitu berkenaan dengan Banyaknya Fitnah.

Banyaknya Fitnah merupakan tanda akan segera terjadinya Hari Kiamat. Maka kita harus berhati-hati, waspada, meskipun hal ini sudah diberitakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, namun kewajiban kita adalah menghindarkan diri dari perkara-perkara yang membuat kita terjerembab ke dalam petaka, baik di dunia mapun di akhirat.
Bersama ini, kita akan membahas tentang Al Fitan (الفتن)
Fitan adalah kata jamak dari: Fitnatun (فتن), maknanya adalah Al Ibtila’ (الابتلاء). Dalam bahasa Indonesia disebut: Bala’, yang artinya adalah Ujian, Musibah, Imtihan, Fitnah.
Al Fitan atau Fitnah tidaklah muncul begitu saja. Dari dalil-dalil yang shohiih dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bahwa Fitnah itu muncul dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tanda-tanda Hari Kiamat.
Banyak perkara yang harus kita ketahui tentang perkara Fitnah. Jangan lah dipahami kata “Fitnah” itu sebagaimana orang Indonesia memahaminya, yaitu “Fitnah” oleh orang Indonesia diartikan sebagai “Tuduhan”.
Padahal yang dimaksud dengan Al Fitan dalam bahasa Arab dan dalam bahasan kita kali ini, artinya adalah Bala’ (Ujian), yang tentunya kita sepakat tidak ingin tertimpa oleh Fitnah (Bala’) itu.
Oleh karena itu ada suatu do’a yang diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, yang sering kita baca dalam Sholat yakni ketika Tasyahud Akhir, dimana kita memohon kepada Allooh سبحانه وتعالى agar dilindungi dari 4 perkara :
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Alloohumma innaa na’uudzu bika min ‘adzaabi jahannama, wa a’uudzu bika min ‘adzzabil qobri, wa a’uudzu bika min fitnatil masiihid dajjaali, wa a’uudzu bika min fitnal mahyaa wal mamaat.
Artinya:
Ya Allooh, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, aku  berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah ad dajjaal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian.”
(Hadits Riwayat Imam Muslim, dari ‘Abdullah bin Abbas رضي الله عنه)
Paling tidak, kita dalam sehari semalam 5 kali bermohon kepada Allooh سبحانه وتعالى agar terlindung dari Fitnah ketika kita hidup dan Fitnah ketika kita sudah mati.
Fitnah banyak macamnya. Maka harus kita ketahui :
  1. Apa itu Fitnah
  2. Apa Hikmah dari munculnya Fitnah
  3. Apa saja Wujud Fitnah atau Jenis-Jenis Fitnah
  4. Apa yang harus kita sikapi berkenaan dengan Fitnah itu
  5. Apa kiat agar kita terhindar dari Fitnah.
Lima perkara tersebut mungkin tidak akan selesai dalam bahasan kali ini, sebab dalam bahasan ini kita akan lebih memfokuskan kepada Hadits-Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tentang berbagai Fitnah; yang sudah, yang sedang dan yang akan muncul pada kehidupan kita.
Pada Kitab bab pembahasan ke-3 (Al Mab-hatsuts Tsaaliitsu) “Al Fitan”, Pasal ke- 1:  At Tahdziiru minal fitan (Kewaspadaan terhadap Fitnah).
At Tahdziir artinya kewaspadaan agar kita terhindar. Maka hendaknya kita mengeta-hui, dan apabila sudah tahu maka janganlah dekat-dekat. Juga memberikan kewaspadaan agar kita tidak mendekat atau terjerembab, sehingga dengan demikian kita berusaha membuat jarak terhadap Fitnah-Fitnah sebagai berikut :
Syaikh ‘Umar Sulaiman Al Asyqor dalam Kitabnya yang berjudul Yaumul Akhir, memberikan kepada kita berbagai dalil.
Dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Muslim no: 7449:
عن أَبُي زَيْدٍ عَمْرو بْنَ أَخْطَبَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْفَجْرَ وَصَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظُّهْرُ فَنَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الْعَصْرُ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَأَخْبَرَنَا بِمَا كَانَ وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ فَأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنَا

Artinya:
Dari Abu Zaid ‘Amr bin Akhthob رضي الله عنه, beliau berkata bahwa: “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sholat shubuh bersama kami, kemudian naik keatas mimbar dan berkhutbah sehingga tiba waktu dhuhur, kemudian turun (dari mimbar) dan sholat, kemudian naik (mimbar) lagi dan kembali berkhutbah hingga tiba waktu ashar, kemudian turun untuk sholat, kemudian naik ke mimbar lagi dan berkhutbah hingga terbenam matahari. Dalam khutbah itu, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memberitahu kami tentang apa yang akan terjadi (hingga hari kiamat), maka orang yang paling ‘aalim dari kami, maka dia lah yang paling hafal.”

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Apa yang Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sampaikan kepada kita (dalam Hadits tersebut diatas) adalah termasuk hal-hal yang akan terjadi, yakni tentang perkara Fitnah.

Juga Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 7445, Dari seorang Shohabat bernama Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, beliau pun berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berdiri di tengah-tengah para Shohabat dan beliau صلى الله عليه وسلم berkhutbah dan tidak ada satupun yang tertinggal dari apa yang akan terjadi sampai hari Kiamat, kecuali beliau صلى الله عليه وسلم sebutkan. Ada yang hafal dan ada yang lupa, (– bisa dimaklumi karena panjangnya khutbah tersebut –). Kemudian Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه menggambarkan ingat dan lupanya atas khutbah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tersebut, seperti halnya seseorang itu mengingat orang. Tergambar wajahnya, lalu hilang dari pandangannya setelah sekian lama, lalu ketika terlihat wajah itu maka ia pun teringat kembali. Haditsnya adalah sebagai berikut:
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَقَامًا مَا تَرَكَ شَيْئًا يَكُونُ فِى مَقَامِهِ ذَلِكَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلاَّ حَدَّثَ بِهِ حَفِظَهُ مَنْ حَفِظَهُ وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ قَدْ عَلِمَهُ أَصْحَابِى هَؤُلاَءِ وَإِنَّهُ لَيَكُونُ مِنْهُ الشَّىْءُ قَدْ نَسِيتُهُ فَأَرَاهُ فَأَذْكُرُهُ كَمَا يَذْكُرُ الرَّجُلُ وَجْهَ الرَّجُلِ إِذَا غَابَ عَنْهُ ثُمَّ إِذَا رَآهُ عَرَفَهُ
Artinya:
Hudzaifah رضي الله عنه berkata, “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berdiri di tengah-tengah kami dalam keadaan beliau صلى الله عليه وسلم tidak meninggalkan sesuatupun disitu, tentang apa yang akan terjadi hingga hari kiamat, kecuali Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengkhobarkannya. Hafal bagi yang hafal, lupa bagi yang lupa. Para Shohabat sungguh telah mengetahui perkara itu, dan sungguh aku telah lupa sesuatu darinya, sehingga aku pandang untuk aku sebutkan sebagaimana seseorang menyebut wajah seseorang ketika orang itu ghoib darinya. Kemudian ketika dia melihat (bertemu), maka dia akan mengenalnya.”
Berbagai Fitnah
Juga dari Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 7444:
قَالَ حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ وَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُ النَّاسِ بِكُلِّ فِتْنَةٍ هِىَ كَائِنَةٌ فِيمَا بَيْنِى وَبَيْنَ السَّاعَةِ وَمَا بِى إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَسَرَّ إِلَىَّ فِى ذَلِكَ شَيْئًا لَمْ يُحَدِّثْهُ غَيْرِى وَلَكِنْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ مَجْلِسًا أَنَا فِيهِ عَنِ الْفِتَنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَعُدُّ الْفِتَنَ « مِنْهُنَّ ثَلاَثٌ لاَ يَكَدْنَ يَذَرْنَ شَيْئًا وَمِنْهُنَّ فِتَنٌ كَرِيَاحِ الصَّيْفِ مِنْهَا صِغَارٌ وَمِنْهَا كِبَارٌ
Artinya:
Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه berkata, “Demi Allooh, sungguh aku adalah manusia yang paling tahu tentang setiap fitnah yang terjadi antara aku sampai dengan hari Kiamat. Yang demikian itu, tidak lain kecuali karena Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memberitahu padaku secara khusus tentang hal itu, yang Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tidak beritahukan (orang lain) selainku. Akan tetapi, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memberitahu dalam suatu majlis tentang fitnah, sedangkan aku ada disitu. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda dalam keadaan menghitung (merinci) fitnah-fitnah, diantaranya adalah 3 (tiga) perkara yang tidak tertinggal, antara lain: Fitnah-fitnah (yang berbentuk) seperti angin yang menghempas di musim panas, ada Fitnah yang kecil, dan ada Fitnah yang besar.”

Dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 328, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya:
Bersegeralah kalian beramal shoolih, sebelum terjadinya banyak fitnah. Dimana pada waktu itu Fitnah adalah bagaikan sebagian malam yang gelap. Pada pagi hari seseorang beriman, tiba-tiba di sore hari ia kaafir. Bisa jadi seseorang itu sore hari beriman, tetapi tiba-tiba esok paginya ia kaafir. Dia jual diennya dengan sebagian dari kenikmatan dunia.
Artinya sedemikian dahsyatnya godaan (fitnahnya) itu, sehingga membuat sedemikian cepatnya pikiran, hati, ‘aqiidah seseorang berubah, hanya di dalam hitungan jam. Sehinggaaqiidah pun dapat ditukar dengan dunia, seperti orang yang berjual-beli. Mungkin karena diberi uang, atau makanan, atau diberi pekerjaan, dan lain sebagainya.  Hal ini tidak mustahil. Di zaman sekarang ini, dimana orang sulit mencari pekerjaan; orang rela untuk menjual ‘aqiidahnya hanya karena diberi pekerjaan. Bayangkan, kalau seseorang kesana-kemari selalu ditolak untuk melamar kerja, lalu syaithoon yang datang menjadi “dewa penolong” baginya dengan menawarkan pekerjaan yang susah payah dicarinya, maka apabila orang tersebut buta mata hatinya, lemah imannya, maka tidak mustahil ia melepaskan ‘aqiidahnya. Siapa yang bertanggung-jawab? Kita harus berpikir tentang hal tersebut.
Saat ini mungkin kita bisa istiqoomah, tetapi kita harus juga memikirkan orang-orang di luar kita yang mereka itu adalah saudara kita juga. Tidak mustahil, di saat ini ada orang yang sedang kebingungan, apakah akan dilepaskan ‘aqiidahnya lalu ia tukar dengan dunia, ataukah ia akan istiqoomah, tetapi terancam keberlangsungan hidupnya.
Dan dalam Hadits lain yang semisal, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم juga menjelaskan bahwa menjelang Hari Kiamat akan muncul Fitnah-Fitnah, dimana seseorang pada pagi hari beriman, lalu di sore harinya ia kaafir. Dan sebaliknya, seseorang di sore harinya ia beriman, lalu pada pagi harinya ia kaafir. Mereka menjual ‘aqiidahnya dengan dunia.
Ada laki-laki Muslim yang menjual ‘aqiidah-nya karena diberi cinta oleh seorang wanita yang kaafir atau sebaliknya, seorang wanita Muslim menjual ‘aqiidah-nya karena diberi cinta oleh laki-laki kaafir.
Lalu dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 7115 dan Imaam Muslim no: 7485, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ
Artinya:
Tidak akan terjadi Hari Kiamat sehingga seseorang melewati kuburan orang yang sudah meninggal, dan orang yang melewati kuburan itu berkata: ‘Alangkah baiknya bila aku saja yang (mati) menempati kuburan ini’.

Maksudnya, orang itu ingin menjadi orang yang sudah lama mati seperti orang yang sudah dikubur itu. Orang dalam kubur itu sudah enak, sudah istirahat dari dulu, tidak mengalami Fitnah seperti yang dialami oleh orang-orang di zaman sekarang. Sampai sedemikian pikiran orang tersebut, karena tidak tahan dengan dahsyatnya realitas hidup di zaman sekarang ini, yang penuh dengan Fitnah. Dan perkara ini sudah terjadi.
Banyak terjadi di zaman sekarang, orang yang bunuh-diri, dan banyak orang kebingungan dalam menyikapi dan menapakkan kakinya, serta menentukan sikap apa yang semestinya dilakukan dalam menempuh kehidupannya, karena Fitnah yang melanda kehidupan ini sangat besar.
Lalu dalam Hadits riwayat Imaam Muslim no: 7486, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ عَلَى الْقَبْرِ فَيَتَمَرَّغُ عَلَيْهِ وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِى كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هَذَا الْقَبْرِ وَلَيْسَ بِهِ الدِّينُ إِلاَّ الْبَلاَءُ

Artinya:
“Demi yang jiwaku di-Tangan-Nya, dunia tidak akan pergi (musnah / tidak akan tegak hari Kiamat), sehingga seseorang berjalan melewati kuburan lalu ia menggali tanah kuburan itu dengan tangannya (untuk mengubur diri-sendiri). Ia berkata: ‘Betapa seandainya aku menempati kubur orang ini’. Dan tidak ada dien ketika itu, kecuali bala’.
Bahkan dalam Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2260, yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر
Akan datang pada manusia suatu zaman, (dimana) orang yang sabar diantara mereka dalam berpegang diatas dien-nya, bagaikan orang yang menggenggam bara api.”
Yang ini belum kita rasakan, mungkin generasi sesudah kita, anak-cucu kita. Tetapi hendaknya mulai sekarang kita berjaga-jaga bahwa itu akan terjadi menjelang Hari Kiamat. Dan kita menjaga agar terhindar dari hal tersebut, kita harus punya kiat-kiat bagaimana caranya supaya selamat dari Fitnah dunia ini.
Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 7064 dan Imaam Muslim no: 6959, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه dan Abu Musa Al Asy’ary رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ أَيَّامًا يُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ وَيَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيَكْثُرُ فِيهَا الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلُ
Artinya:
Sesungguhnya menjelang terjadinya hari Kiamat ada beberapa hari: ‘ilmu akan diangkat, dan turun pada zaman itu kebodohan, dan banyak pembunuhan.

Maksudnya, umat menjadi bodoh lagi. Dahulu di zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan para Shohabat, umat menjadi ber-‘ilmu (dien). Dan seterusnya, pada masa kejayaan Islam pun umat menjadi ber-‘ilmu (dien). Namun di zaman sekarang, kembali kepada kejaahilan (kebodohan) lagi dalam perkara dien sehingga ‘ilmu dien diangkat. Jadi jaahil (bodoh)-nya turun, lalu ‘ilmu dien nya akan diangkat.
Jahiil (bodoh) dalam hal ini, yang dimaksud adalah bodoh dalam perkara dienullooh. Mungkin banyak orang yang punya gelar Profesor, Doktor, dan seterusya, tetapi mereka jaahil (bodoh) tentang perkara dien. Tidak sholat, dan kalaupun sholat maka tata cara sholatnya tidak sesuai tuntunan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم; lalu ada pula yang ‘aqiidahnya syirik (musyrik), perbuatannya tidak sesuai dengan batasan-batasan Syar’i, maka mereka itu tidak ada bedanya dengan hewan ternak.
Karena hidup orang tersebut hanyalah bagaimana ia mencari nafkah, bagaimana ia makan, istirahat, segar kembali dan esoknya ia kerja mencari nafkah lagi, demikian siklusnya. Peredaran hidupnya dari hari ke hari hanyalah seperti itu, bagaimana agar ia makan, istirahat, kerja lagi, makan lagi, demikian seterusnya. Tidak ada bedanya dengan kucing. Kita perhatikan, bahwa kucing itu kalau sudah kenyang maka ia akan bermalas-malasan, berjemur, lalu kalau lapar maka akan mencari makan lagi, tidur lagi, demikian seterusnya. Maka bila seseorang tidak  punya dien,  jaahil dalam perkara ‘ilmu syar’I, tidak beramal shoolih, tidak berhamba kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka sesungguhnya ia tidak punya makna dalam hidupnya.
Oleh karena itu, seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, yakni Imaam Al Hasan Al Bashry رحمه الله mengatakan bahwa: “Substansi dan esksistensi manusia itu diukur dengan ‘Ilmu (dien)-nya.
Yang dimaksud ‘Ilmu dalam hal ini adalah ‘Ilmu Syar’i, yakni ‘ilmu bagaimana agar manusia sebagai hamba Allooh سبحانه وتعالى mengetahui tentang Hak Allooh سبحانه وتعالى dan apa yang wajib dilakukannya dalam hidup ini.
Selanjutnya beliau, Imaam Al Hasan Al Bashry رحمه الله mengatakan : “Apabila tidak lagi ada ‘Ulama di atas permukaan bumi ini, maka manusia tidak ada bedanya dengan hewan ternak.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Maka hendaknya kita kembali kepada jalan Allooh سبحانه وتعالى, meniti ‘ilmu dien sesuai dengan apa yang disabdakan dan disunnahkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, sebelum terjadinya berbagai Fitnah sebagaimana telah disebutkan dalam Hadits diatas. Karena sekarang justru yang terjadi dalam masyarakat kita itu adalah kebodohan dalam perkara dien, ‘ilmu semakin diangkat, para ‘Ulama semakin habis karena diwafatkan oleh Allooh سبحانه وتعالى. Sementara yang marak justru adalah bagian dari bukti bahwa jaahil (kebodohan) itu semakin merajalela, ‘ilmu semakin ghoib, dan semakin banyak terjadinya pembunuhan manusia. Semua itu sekarang sudah terjadi. Lalu apa yang harus kita persiapkan untuk menghadapi Fitnah tersebut?
Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 5577, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه. Anas رضي الله عنه berkata, “Sungguh akan aku ceritakan kepada kalian suatu Hadits yang tidak seorangpun dari kalian mendengarnya kecuali dariku. Aku mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ
Diantara tanda hari kiamat, yaitu:
1)   Akan nampak kebodohan
2)   Ilmu diangkat
3)   Zina Nampak
4)   Khamr diminum
5)   Akan semakin sedikit bilangan laki-laki dan semakin banyak bilangan wanita, sehingga 50 wanita dipimpin (ditanggung) oleh seorang laki-laki.”
Keterangan:
‘Ilmu (dien) diangkat itu bukan berarti Al Qur’an-nya pergi dan Sunnah Rosuul-nya menghilang. Tidak, itu belum saatnya. Tetapi nanti itu pun akan terjadi. Dan akan kita ketahui pula melalui berbagai Hadits, bahwa apabila sudah sangat dekat sekali dengan Hari Kiamat maka Al Qur’an atau Kitab yang di dalamnya terdapat firman Allooh سبحانه وتعالى, atau tulisan Kitabullooh, semuanya akan menghilang. Yang tadinya kalau kita buka terdapat tulisan firman Allooh سبحانه وتعالى, maka pada saat itu tinggal kertas kosong belaka. Itu apabila Hari Kiamat tinggal beberapa saat saja.
Sekarang belum lah sampai fase itu, tetapi sekarang sudah mulai dengan fase dimana kejaahilan merajalela. Tidak seimbang antara jumlah orang yang faaqih dalam ‘ilmu (dien), para ‘Ulama (ahlul ‘ilmi) yakni mereka orang-orang yang shoolih, orang-orang yang mendalam dalam bidang dien (dimana mereka itu satu per satu oleh Allooh سبحانه وتعالى diwafatkan); dengan jumlah orang-orang yang jaahil dalam perkara dien.  Hal ini menunjukkan bahwa kejaahilan itu berpeluang untuk menyebar ke berbagai penjuru dunia. Itulah bagian dari tanda-tanda Hari Kiamat.
Semakin banyak perbuatan zina.
Sekarang sudah terjadi. Kalau kita cermati, diberitakan juga di radio, bahwa di daerah Bali dikeluarkan peraturan bahwa setiap PSK harus mempunyai surat keteranagan Bebas Virus HIV. Jadi yang diberantas itu hanyalah sebatas urusan penyakitnya. Bukan diberantas penyebab penyakitnya, yaitu zinanya. Karena di daerah pantai-pantai di sana malah disediakan, disajikan, dan dipersiapkan pelayanan untuk berzina. Bayangkan, bila zina sudah marak seperti itu, maka itu lah tanda-tanda hari Kiamat. Zina sudah diperbolehkan. Istilah “lokalisasi” itu artinya adalah diperbolehkannya perzinahan di lokasi atau tempat tertentu.
Hal ini adalah tidak sesuai dengan tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dan tergolong perkara yang berat dalam Syari’at, karena menghalalkan apa yang Allooh سبحانه وتعالى haromkan.
Semakin hari semakin banyak minuman khomer.
Minuman khomr itu tidak akan ada, kalau tidak ada peminumnya. Semakin banyak peminumnya, maka produk minuman khomr itu pun semakin banyak. Pabrik-pabrik khomr malah sekarang justru semakin tumbuh, dan semakin banyak di negara kita (yang katanya umat Islamnya mayoritas). Beberapa pabrik minuman keras (khomr) bahkan sedang diproses untuk didirikan. Dan kalau itu sudah jadi, maka produksi minuman keras (khomr) akan semakin banyak. Itu semua bagian dari Fitnah yang muncul di tengah-tengah kita pada zaman sekarang ini. Hal tersebut bukannya membawa kebaikan, melainkan akan semakin memburuk.
Bilangan laki-laki semakin sedikit.
Maksudnya, jumlah laki-laki semakin berkurang jika dibandingkan dengan jumlah perempuan. Pertumbuhan perempuan akan semakin banyak. Sampai dengan lima puluh wanita berbanding satu orang laki-laki. Itu disebabkan oleh beberapa perkara yang insya Allooh juga akan kita bahas dalam kajian ini.
Dalam Hadits Riwayati Imaam Al Hakim no: 8392, yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله dalam Kitab Shohiih Al Jaami’ash Shoghiir no: 3810 dan dalam Kitab Silsilah Hadits Shohiih no: 1682, Dari Shohabat Abu Muusa Al Asy’ary رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
عن أبي موسى الشعري رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : أخاف عليكم الهرج قالوا : و ما الهرج يا رسول الله ؟ قال : القتل قالوا : و أكثر مما يقتل اليوم إنا لنقتل في اليوم من المشركين كذا و كذا فقال النبي صلى الله عليه و سلم : ليس قتل المشركين و لكن قتل بعضكم بعضا قالوا : و فينا كتاب الله ؟ قال : و فيكم كتاب الله عز و جل قالوا : و معنا عقولنا ؟ قال : إنه ينتزع عقول عامة ذلك الزمان و يخلف هباء من الناس يحسبون أنهم على شيء و ليسوا على شيء
Artinya:
Aku takut pada kalian Al Haroj.”
Para Shohabat bertanya, “Apakah Al Haroj itu, ya Rosuulullooh?”
Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda, “Pembunuhan.”
Para Shohabat bertanya, “Berapa banyak hari ini yang dibunuh? Sungguh kami membunuh orang-orang Musyrikin sehari sekian dan sekian.”
Kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bukan membunuh orang Musyrikin, tetapi kalian saling membunuh satu sama lain.”
Para Shohabat bertanya, “Bukankah ditengah-tengah kita ada Kitabullooh (Al Qur’an)?
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Ditengah-tengah kalian ada Kitabullooh.”
Para Shohabat bertanya lagi, “Apakah kami masih punya akal?
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Pada zaman itu, umumnya akal akan dicabut, lalu disusul oleh manusia yang hina dimana mereka mengira bahwa mereka diatas sesuatu, padahal mereka tidak diatas sesuatu”.
Bukankah hal tersebut telah terjadi di zaman kita sekarang? Dimana pembunuhan itu bukan lah karena kaum Muslimin memerangi orang-orang musyrikin, melainkan pembunuhan terjadi karena sebagian dari kaum Muslimin membunuh sebagian kaum Muslimin yang lainnya. Sampai-sampai seseorang itu membunuh tetangganya, membunuh saudaranya, membunuh pamannya, membunuh anak pamannya. Manusia mengira bahwa mereka itu membunuh diatas peraturan yang benar, padahal sebenarnya tidak. Fitnah ini telah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Juga Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 7487, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَدْرِى الْقَاتِلُ فِى أَىِّ شَىْءٍ قَتَلَ وَلاَ يَدْرِى الْمَقْتُولُ عَلَى أَىِّ شَىْءٍ قُتِلَ
Demi yang jiwaku di dalam genggaman-Nya, sungguh benar akan datang kepada manusia suatu zaman, dimana orang yang membunuh itu tidak tahu di jalan apa ia membunuh, bahkan yang dibunuh pun tidak tahu mengapa ia dibunuh.
Maksudnya, sebab ia membunuh itu ia tidak tahu, dan yang dibunuh pun juga tidak tahu mengapa ia sampai dibunuh.
Yang dimaksudkan adalah banyaknya pembunuh bayaran. Ia disuruh membunuh seseorang dengan bayaran tertentu, dan tidak tahu mengapa orang tersebut harus dibunuhnya. Apakah hal ini sudah terjadi di zaman sekarang?  Kalau jawabannya: Sudah, maka berarti Kiamat tinggal beberapa saat lagi.
Lalu mengapa jumlah wanita semakin besar dan jumlah laki-laki semakin sedikit?
1.    Karena Allooh سبحانه وتعالى menakdirkan kebanyakan bayi yang lahir itu adalah perempuan.
2.    Karena banyaknya peperangan. Karena yang maju perang itu adalah laki-laki, dan mereka banyak terbunuh, sehingga yang masih hidup itu kebanyakan adalah perempuan yang tidak ikut berperang.
3.    Banyak terjadi pembunuhan, dan itu menimpa laki-laki.
Dari Kitab Hujjatullooh, Fitnah itu ada beberapa jenis :
1. Fitnah yang ada pada diri sendiri
Dirinya sendiri sudah merupakan Fitnah. Misalnya, seseorang yang hatinya keras, membatu. Diajak kepada kebenaran itu, ia tidak mau. Bila diberitahukan Hadits yang shohiih, yang benar, maka ia tidak mau percaya.
Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Hakim no: 319, yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله dalam Kitab Shohiih Al Jaami’ash Shoghiir no: 5248, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إني قد تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي
Artinya:
Sungguh aku tinggalkan diatas kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh kepada dua perkara itu, maka kalian tidak akan sesat selama-lamanya. Itulah Kitabullooh (Al Qur’an) dan Sunnah-ku (Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم).

Maka kalau kita ingin selamat, berpeganglah kepada Al Qur’an dan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.  Tetapi ada orang yang karena hatinya sudah membatu, keras seperti batu; ketika diberi tahu bahwa yang benar adalah ini Al Qur’an dan As Sunnah, maka ia tidak mau bahkan mengolok-olok.
Yang seperti itu sudah terjadi di tengah-tengah kita. Dan orang seperti itu sudah terjangkit Penyakit Fitnah. Mudah-mudahan kita terhindar dari penyakit itu.
Fitnah pada diri sendiri itu terjadi, adalah karena:
a.    Tidak punya rasa malu. Semua yang dia mau, ia kerjakan.
b.    Akalnya.
Akal juga bisa menjadi Fitnah, antara lain dengan Ghuruur (membanggakan  akalnya, kepandaiannya, kemampuan dirinya sendiri).
c.    Tabi’atnya.
Misalnya seorang yang bertabi’at seperti hewan, hidupnya hanya lah untuk makan, tidur, tidak mau beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى. Ada juga orang yang sabu’iyah, kerjanya hanyalah menyerang orang lain. Orang yang ada didekatnya harus dikalahkannya. Orang yang demikian itu di zaman sekarang disebut: Preman (Premanisme).
2. Fitnah Keluarga
Misalnya: Ada seorang laki-laki yang rajin mengaji, dan beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى; tetapi isterinya malah tidak mau diajak mengaji, tidak mau diajak beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى. Atau sebaliknya, istrinya yang rajin mengaji dan beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى, namun suaminya yang tidak. Maka itulah Fitnah Keluarga. Karena masing-masing sibuk, sehingga antara suami-isteri tidak ada komunikasi dengan baik, sehingga ketika si isteri diajak beribadah, diajak kepada kebaikan, maka si isteri tidak mau. Itulah Fitnah keluarga.
3. Fitnah rusaknya sistem pengaturan negeri (kota)
Tamaknya manusia untuk merebut jabatan dengan cara yang tidak benar.
Dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 8281, dari Shohabat Jaabir رضي الله عنه, “Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
Artinya:
Sungguh Syaithoon sudah putus asa dari disembah oleh orang-orang di Jazirah Arab, tetapi yang syaithoon masih punyai adalah kesempatan untuk mengadu-domba antara mereka satu sama lain.
Oleh karena itu kita tidak boleh mudah terpancing, semua harus dengan hati yang lapang. Apa pun permasalahannya, hendaknya Al Qur’an dan As Sunnah menjadi menjadi Tahkim (Dasar Hukum) -nya. Kembalikan lah semua persoalan itu kepada keputusan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم.

4.Fitnah yang terjadi sepeninggal para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Sepeninggal para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, maka berbagai perkara dan urusan dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya, sehingga tidak lagi berjalan secara tegak diatas Al ‘Ilmu, kemudian  mereka menyepelekan para penguasanya, dan semaki banyak orang-orang jaahil dalam perkara dien, dan juga tidak ditegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar; sehingga zaman itu tidak ada bedanya dengan zaman Jahiliyah.
Tidak ada satu Nabi kecuali Nabi itu mempunyai Hawaary (pembela, penolong).  Kalau para pembela Sunnah sudah semakin langka, dan amar ma’ruf nahi munkar pun semakin langka, maka tunggulah kerusakan dunia ini.
5. Fitnah yang sangat membelenggu
Perubahan yang terjadi pada manusia, yang semestinya ia adalah “manusia”, tetapi berubah bukan lagi menjadi “manusia”. Orang yang paling suci dan paling zuhud dari mereka, sekarang sudah mulai berubah dan bergeser nilai-nilai kehidupannya kepada mengikuti tabi’at-tabi’at yang tidak benar. Kebanyakan dari manusia menjalani kehidupannya adalah laksana hewan. Yang kuat memangsa yang lemah.
6. Fitnah dengan kejadian-kejadian angkasa (udara)
Adanya suatu peringatan keras, adanya kerusakan umum akibat bencana angin topan, berupa banyak penyakit menular, adanya banyak gerhana-gerhana, udara yang tersebar di berbagai negeri (Global Warning).
Masih banyak lagi Fitnah-fitnah yang lain, yang insya Allooh akan dijelaskan di kajian yang mendatang.
Namun perlu disampaikan sebuah Hadits yang penting untuk diketahui oleh kita semua, yaitu :
Dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 18402, dari Shohabat An Nu’man bin Basyiir رضي الله عنه, dan berkata Syaikh Syuaib Al Arnaa’uth رحمه الله bahwa sanad hadits ini Hasan, dan Hadit ini di-shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله dalam Kitab Silsilah Hadits Shohiih no: 5, bahwa: “Dari An Nu’man bin Basyiir رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ
Artinya:
Kenabian ditengah-tengah kalian akan berlangsung sebagaimana Allooh سبحانه وتعالى kehendaki, kemudian Allooh سبحانه وتعالى angkat jika Allooh سبحانه وتعالى kehendaki. Kemudian adalah Khilaafah diatas pedoman Nabi صلى الله عليه وسلم, kemudian Allooh سبحانه وتعالى angkat jika Allooh سبحانه وتعالى kehendaki. Kemudian adalah Kerajaan yang menggigit (– turun temurun –pent.), kemudian Allooh سبحانه وتعالى angkat jika Allooh سبحانه وتعالى kehendaki. Kemudian adalah Kerajaan Jabriyyah (tirani), kemudian Allooh سبحانه وتعالى angkat jika Allooh سبحانه وتعالى kehendaki. Kemudian Khilaafah diatas Pedoman Nabi صلى الله عليه وسلم.” Kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم diam.”
Jadi akan ada satu kali lagi masanya dimana kaum Muslimin dipimpin oleh Khilaafah yang berada diatas pedoman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, sebelum Hari Kiamat nanti. Apabila hal itu sekarang belum terjadi, maka insya Allooh pasti akan terjadi karena hal tersebut sudah dikhobarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Oleh karena itu kaum Muslimin, jangan lah pesimistis terhadap carut marutnya kondisi yang ada pada zaman kita sekarang ini. Tetaplah optimis, senantiasa berpegang teguh pada Al Haq, istiqoomah diatasnya, dan berdakwah kepada orang-orang lain disekitar kita tentang kebenaran Al Islam. Walaupun, bisa jadi kita sekarang hidup di zaman dimana kaum Muslimin berada dalam kejaahilan dan kelemahan, tetapi yakinlah akan janji Allooh سبحانه وتعالى bahwa suatu saat nanti kaum Muslimin akan dimenangkan lagi oleh Allooh سبحانه وتعالى.
TANYA JAWAB

Pertanyaan :
1.    Tentang Fitnah.
Dalam QS. Al Anfaal (8) ayat 28 disebutkan:
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai (fitnah) cobaan dan sesungguhnya di sisi Allooh-lah pahala yang besar.”
Apakah yang dimaksud Fitnah dalam hal ini?
2.    Lalu ada sementara orang yang mengatakan bahwa: “Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”. Apa yang dimaksud dengan Fitnah disini ?
3.    Bagaimana pula dengan yang dimaksud dengan ayat Al Qur’an yaitu: Zuyyinalinnaasi hubbusysyahwaati minannisaa’ wal baniin”?

Jawaban:
1.    Benar. Bahkan harus kita pahami bahwa isi dunia ini, dan hidup kita di alam semesta ini juga merupakan bagian dari Fitnah.
Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Mulk (67) ayat 1 dan 2:
Ayat 1:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
Maha Suci Allooh Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,”
Ayat 2:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”
Maka apa yang ada di sekitar kita ini semuanya adalah Fitnah (ujian) bagi diri kita, baik ujian berupa harta, isteri, anak. Semua itu adalah Fitnah (ujian) semata-mata. Apakah kita ini tergolong orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allooh سبحانه وتعالى ataukah tidak.
2. Sebagaimana dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 191:
َالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
(Al Fitnatu asyaddu minal qotlu)

Artinya:
Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.”
Maka sebenarnya perbuatan itu adalah akibat dari seseorang melakukan kesalahan, sehingga ahirnya menjadi suatu Fitnah. Kemudian Fitnah itu lebih berbahaya, dan lebih besar dibandingkan dari sekedar pembunuhan. Semua itu menjelaskan betapa kompleksnya perkara Fitnah.
Tetapi yang dimaksud dalam hal ini, adalah ketika seseorang itu tidak memahami bahwa segala hal didalam hidupnya adalah suatu Fitnah (Ujian) semata-mata dari Allooh سبحانه وتعالى untuk menguji apakah ia tergolong orang beriman ataukah tidak, yang kemudian semestinya ia berusaha untuk mencari kiat yang benar agar bagaimana dirinya dapat mengantispasi Fitnah (Ujian) tersebut; maka tentulah ia dengan mudahnya akan terjebak ke dalam Fitnah.

3. Tetapi manusia memang pada dasarnya suka dengan Fitnah. Itu fitroh manusia. Seperti dikatakan dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allooh-lah tempat kembali yang baik (surga).

Benar, manusia itu fitrohnya memang pada dasarnya adalah cinta dengan harta, cinta isteri, cinta anak, cinta keluarga, yang semuanya itu sebenarnya merupakan Fitnah (ujian) bagi dirinya.
Oleh karena itu, kita harus punya kiat, dan strategi agar Fitnah tersebut bisa kita antisipasi, sehingga kita bisa lulus darinya.
Setiap diri kita pasti akan berhadapan dengan Fitnah (ujian). Karena Fitnah adalah bagian dari kehidupan kita. Yang penting adalah bagaimana memposisikan Fitnah (ujian) tersebut, agar dapat mengatasinya sesuai dengan petunjuk Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Pertanyaan :
Selain menjaga diri dari Fitnah, bagaimana dengan menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ?

Jawaban:
Justru kalau kita tidak menegakkan tonggak-tonggak dan panji-panji Amar Ma’ruf Nahi Munkar, berarti kita rela dengan realitas bahwa Fitnah akan semakin memburuk kondisinya. Dan hal itu mengakibatkan do’a kita sering tidak dikabulkan oleh Allooh سبحانه وتعالى. Bisa jadi do’a kita sering tidak terkabul itu adalah karena kita tidak menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Ketika ada kemungkaran maka kita diam saja. Kita tidak tergerak untuk mengubah kemungkaran itu. Maka jangan salahkan siap-siapa kalau kita berdo’a lalu tidak dikabulkan oleh Allooh سبحانه وتعالى. Karena diantara hukuman tidak menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah tidak diijabahnya do’a orang tersebut.
Dalam Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2169 dari Shohabat Hudzaifah رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
والذي نفسي بيده لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فلا يستجاب لكم
Artinya:
Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran atau (kalau kalian tidak lakukan, maka pasti) Allooh akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan.”
Antara lain hal itu adalah karena mereka tidak menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Oleh karena itu, Amar Ma’ruf Nahi Munkar harus lah kita tegakkan. Marilah kita bersama-sama saling tolong-menolong dalam kebaikan dan Taqwa.
Dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 53 dan Imaam Ibnu Hibban no: 305, dan Syaikh Syuaib al Arnaa’uth رحمه الله mengatakan bahwa sanad hadits ini shohiih sesuai denga syarat Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim, bahwa Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه berkata :
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ خَطَبَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الْآيَةَ وَتَضَعُونَهَا عَلَى غَيْرِ مَا وَضَعَهَا اللَّهُ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ } سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَهُمْ فَلَمْ يُنْكِرُوهُ يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَاب
Artinya:
Wahai manusia, kalian membaca ayat ini, sedangkan kalian tempatkan (ayat tadi) bukan pada tempatnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allooh lah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan). (QS. Al Maa’idah (5) ayat 105)
“(Padahal) Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya manusia jika melihat kemungkaran diantara mereka, kemudian tidak memungkirinya, maka Allooh سبحانه وتعالى hampir-hampir akan melanda mereka dengan hukuman.”
Yang dimaksud oleh Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه, bahwa seolah-olah QS. Al Maa’idah ayat 105 itu menyuruh agar kita mementingkan diri sendiri. Itulah yang dipahami oleh umumnya manusia, bahkan oleh sebagian Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم juga. Namun Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه menjelaskan bahwa pemahaman tersebut keliru, karena ia mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memperingatkan bahwa bila manusia tidak saling mencegah kemungkaran diantara mereka maka hal itu justru mempercepat turunnya hukuman Allooh سبحانه وتعالى.
Jadi ma’shiyat adalah saham menuju mempercepat turunnya hukuman Allooh سبحانه وتعالى. Oleh karena itu, hendaknya kita harus punya gairah untuk mencegah kemungkaran.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Senin malam, 13 Muharrom 1429 H – 21 Januari 2008 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar